Carpal Tunnel Syndrom adalah entrapment neuropaty yang paling sering terjadi. Sindroma ini terjadi akibat adanya tekanan nervus medianus pada saat melalui terowangan carpal di pergelangan tangan tepatnya di bawah flexor retinakulam. Sindroma ini juga bisa diakibatkan karena penekanan arteri dan vena sehingga suplai darah ke nerves medianus berkurang. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparestesis median tenar neuritis atau partial thenar atropy, Istilah Carpal Tunnel Syndrom diperkenalkan oleh Moersch pada tehun 1983.
2. Etiologi
Terowongan carpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon flexor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nerves medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrome.
Carpal tunnel syndrom dapat dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronis, namun pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui ( idiopatik ), terutama pada penderita lanjut usia. Selain itu gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dapat menambah resiko carpal tunnel syndrom.
3. Patologi
Carpal tunnel syndrom dapat dikategorikan menjadi dua yaitu akut dan kronis. Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari carpal tunnel syndrom. Sebagian berpendapat bahwa faktor mekanik clan vaskuler memegang peranan penting dalam terjadonya carpal tunnel syndrom. Tapi pada umumnya Carpal tunnel syndrome ini terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan flexor retinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoxia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan tejadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan akan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi dari nervus medianus terganggu.
4. Tanda dan gejala
a) Gangguan sensorik
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gejala awal biasanya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainya adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri umunya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan tanganya atau dengan meletakan tanganya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tanganya. Bila penyakit berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai kelengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan. Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergalangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita menggunakan tanganya. Hiperetesia dapat dijumpai pada daerah yang implus sensoriknya diinervasi oleh nevus medianus.
b) Gangguan motoris
Pada tahap lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang terampil misalnya saat atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada penderita CTS ini pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus.
5. Komplikasi
Komplikasi dari CTS adalah atrofi otot-otot thenar, kelemahan otot-otot thenar, dan ketidak mampuan tangan untuk melakukan aktifitas.
6. Prognosis Gerak dan Fungsi
Pada kasus idiopatik biasanya mempunyai gejala-gejala yang timbul hilang dalam beberapa bulan atau tahun, namun rasa tidak enak pada pada malam hari lebih menonjol dan timbul secara progresif sehingga sangat mengganggu penderita. Progresitifitasnya lebih lebih sering bila ada penyakit yang mendasari seperti atrofi. Bila hanya ada kelainan sensorik yang dijumpai kelainan ini bersifat reversible. Tapi bila sudah ada kelainan motorik maka kesembuhanya akan lebih lama, bahkan bias bersifat inkomplit walaupun telah memperoleh terapi yang adekuat.
7. Diagnosis Banding
Diagnosis dari carpal tunnel sindrom antara lain (1) Cervical radiculopati yang biasanya keluhan berkurang bila diistirahatkan dan bertambah bila leher digerakan. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya, (2) Pronator teres syndrom yaitu keluhan lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan karena cabang nernes medianus ke telapak tagan tidak melalui carpal tunnel, (3) de Quervein Syndrom, tenosinovitis dari tendon musculo abductor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat adanya gerakan tangan yang repetitive. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari.
Sumber: http://www.rujito-fisioterapi.com/2009/07/carpal-tunnel-syndrome/
Carpal Tunnel Syndrome pdf:
Download:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar