Fraktur atau patah tulang merupakan suatu keadaan dimana struktur tulang mengalami pemutusan secara sebagian atau keseluruhan (Appley, 1995). Salah satu penyebab fraktur adalah adanya tekanan atau hantaman yang sangat keras dan diterima secara langsung oleh tulang. Tekanan tersebut disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan. Jika kulit diatasnya masih utuh disebut fraktur tertutup, sedangkan jika salah satu dari rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka (Apley, 1995).
Setelah dilakukan operasi biasanya permasalahan fisioterapi akan muncul. Permasalahan pada pasca operasi antara lain adalah oedema atau bengkak, nyeri, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot serta penurunan aktivitas fungsional, khususnya berjalan. Dari permasalahan tersebut, peran fisioterapi sangat diperlukan. Apabila fisioterapi dapat menangani permasalahan tersebut dengan cepat dan tepat, maka dapat menurunkan derajad permasalahan yang ada, bahkan fisioterapi dapat menyembuhkannya sehingga pasien dapat melakukan aktivitas seperti semula.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, modalitas yang digunakan oleh fisioterapi dalam upaya pemulihan dan pengembalian kemampuan fungsional pada pasien fraktur adalah terapi latihan. Terapi latihan merupakan salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaannya menggunakan latihan gerak aktif maupun pasif (Priatna, 1985). Modalitas terapi latihan yang diberikan berupa static contraction yang dapat membantu mengurangi oedema, sehingga nyeri akan berkurang. Active movement dan pasif movement diharapkan dapat membantu meningkatkan nilai kekuatan otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi. Selain itu, fisioterapi juga harus memberikan latihan transfer ambulasi untuk mengembalikan aktivitas fungsional jalan.
Semakin banyaknya angka penderita fraktur, peran rumah sakit sangat dibutuhkan didalam penanganan fraktur. Dimana penanganan fraktur ada dua cara, yaitu secara konservatif dan operatif. Penanganan dengan metode konservatif merupakan penanganan fraktur tanpa membuka daerah yang mengalami fraktur, yaitu dengan reduksi tertutup atau reposisi dimana prinsip dari reposisi berlawanan dengan arah fraktur. Setelah dilakukan reposisi, kemudian diberikan immobilisasi untuk menstabilkan fragmen tulang yang mengalami fraktur. Pada penanganan secara operatif dilakukan dengan membuka daerah yang mengalami fraktur dengan pemasangan internal fiksasi, pada kasus ini internal fiksasi yang digunakan adalah intra medullary nail.
Pada kasus ini, metode secara operatif merupakan metode yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan tulang femur diliputi oleh otot yang besar sehingga sulit dilakukan reposisi (Appley, 1995); membutuhkan waktu lama untuk dapat beraktivitas kembali, dimana pasien cenderung untuk bed rest sehingga dapat muncul komplikasi yaitu dekubitus (Setianto, 2007). Selain itu hasil yang diperoleh tidak maksimal. Dari penjelasan diatas, maka penulis mengambil judul studi kasus tentang penanganan terapi latihan.Pasca open reduction internal fixation (ORIF) fraktur femur 1/3 tengah dextra.
Sumber: http://info-fisioterapi.blogspot.com/2010/12/penatalaksanaan-fisioterapi-pada-kasus.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar